Rabu, 04 Maret 2015

[023] Al Mu'minuun Ayat 005

««•»»
Surah Al Mu'minuun 5

وَالَّذينَ هُم لِفُروجِهِم حافِظونَ
««•»»
waalladziina hum lifuruujihim haafizhuuna
««•»»
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
««•»»
who guard their private parts[1]
[1] That is, those who refrain from unlawful sexual relations and cover their private parts properly, except in the state of privacy with their spouses.
««•»»

Menjaga Kemaluan Dari Perbuatan Keji.

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan sifat kelima dari orang mukmin yang berbahagia it", yaitu suka menjaga kemaluannya dari setiap perbuatan keji seperti berzina, mengerjakan perbuatan kaum Lut (homosexuil), onani dan sebagainya. Bersenggama itu yang diperbolehkan oleh agama hanya dengan istri yang telah dinikahi dengan sah atau dengan jariahnya yang diperoleh dari jihad fisabilillah, karena dalam hal ini mereka tidak tercela.

Akan tetapi barang siapa yang berbuat, di luar yang tersebut itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dalam ayat ini dan yang sebelumnya Allah SWT menjelaskan bahwa kebahagiaan seorang hamba Allah itu tergantung kepada pemeliharaan kemaluannya dari berbagai penyalahgunaan supaya tidak termasuk orang yang tercela dan melampaui batas. Maka menahan ajakan hawa nafsu, jauh lebih ringan daripada menderita akibat-akibat buruk dari perbuatan zina itu.

Allah SWT telah memerintahkan Nabi-Nya supaya menyampaikan perintah itu kepada umatnya, agar mereka menahan pandangannya dengan memicingkan mata dan memelihara kemaluannya dengan firman:
قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
(QS. An Nuur [24]:30)

Perintah seperti itu disampaikan pula kepada orang-orang yang beriman di kalangan kaum wanita. Mengapa Allah SWT memerintahkan umat Muhammad saw supaya menahan pandangan?

Karena dengan jalan demikian dapat memelihara kemaluannya dari perbuatan zina, yang mula-mula timbul rangsangannya dari penglihatan mata. Sebagian besar dari pelanggaran-pelanggaran itu permulaannya dari pandangan mata, sebagaimana kebakaran-kebakaran yang besarpun asalnya dari percikan api yang kecil. Pandangan mata menelorkan renungan atau khayalan. Khayalan menelorkan rangsangan dan rangsangan menimbulkan langkah perbuatan. Maka hendaknya setiap orang dapat meneliti dan mengawasi setiap perkembagan dari hawa nafsunya itu dan agar selamat dari semua pengaruh yang buruk itu.

Oleh sebab itu Islam membatasi pergaulan bebas antara wanita dan pria. Imam Ahmad berkata,
"Saya tidak mengetahui setelah pembunuhan ada dosa yang lebih besar dari perzinaan".

Pendapat beliau itu berlandaskan sebuah hadis Bukhari dari Abdullah bin Masud yang bertanya kepada Nabi saw, "Ya Rasulullah" dosa apakah yang paling besar?".

Beliau menjawab,
"Mengadakan sekutu bagi Allah, padahal Dialah Penciptamu."

Saya bertanya lagi: Kemudian apa?

Beliau menjawab,
"Membunuh anakmu sendiri, karena takut akan makan bersamamu".

Saya bertanya lagi,
"Kemudian apa?.

Beliau menjawab,
"Berbuat zina dengan istri tetanggamu".

Nabi Muhammad saw karena ditanya tentang dosa yang paling besar, maka beliau menerangkan dari tiap-tiap dosa yang paling puncaknya. Dari bermacam-macam kemusyrikan, maka yang paling besar dosanya ialah mengadakan tandingan atau sekutu bagi Allah dan dari bermacam-macam pembunuhan yang paling besar dosanya ialah membunuh anak sendiri karena takut akan makan bersama-sama dan dari bermacam-macam perzinaan yang paling besar dosanya ialah berzina dengan istri tetangganya, dan kerusakan akibat perzinaan itu dapat berlipat ganda pula menurut tahap pelanggarannya.

Berzina dengan seorang perempuan yang mempunyai suami lebih besar dosanya dari pada berzina dengan yang tidak bersuami, karena ada pelanggaran terhadap Allah dan terhadap suami yang dilanggar kehormatan istrinya dan kesucian tempat tidurnya, dan menodai keturunannya bilamana menyebabkan kehamilan. Dan jika suaminya kebetulan pula tetangganya, maka dosanya bertambah besar pula, karena menyakiti tetangganya, sedang Nabi saw sendiri menyatakan dalam sebuah hadis yang sahih, bahwa seseorang tidak akan masuk surga, bila tetangganya tidak merasa aman dari kecerobohan-kecerobohan akhlaknya, dan tidak ada kecerobohan yang lebih besar dari pada berbuat zina dengan istri tetangganya.

Maka berzina dengan istri tetangga, dosanya lebih besar dari pada seratus kali berzina dengan perempuan yang tidak bersuami. Apa bila tetangganya ada pula hubungan famili kekeluargaan, maka dosanya bertambah besar pula, karena mengakibatkan pula putusnya silaturahmi. Dan apabila tetangganya sedang bepergian untuk keperluan ibadah seperti naik haji, pergi ke pesantren menuntut ilmu atau jihad fisabillillah, maka si penzina itu bertambah pula dosanya, dan jika ia sendiri sudah pernah kawin, maka perzinaan itu termasuk zina Muhson yang berhak mendapat hukuman rajam, dilempari dengan batu sampai mati. Dan apabila si pezina itu sudah lanjut usianya, maka dosanya bertambah besar pula, karena sudah tua masih menjadi biang keladi kejahatan.

Apabila perzinaan itu dilakukan pada waktu dan tempat yang mulia seperti waktu salat atau di bulan haram seperti Rajab, Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam atau pada saat dikabulkannya doa-doa atau dilakukan di tempat suci, maka dosanya bertambah besar pula

Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa bertambah besarnya dosa itu ada kaitannya dengan beberapa kondisi, situasi dan keadaan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan orang-orang yang terhadap kemaluannya mereka selalu memeliharanya) dari yang diharamkan.

««•»»
and who guard their private parts, against what is unlawful,
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 4][AYAT 6]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
5of118
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=23&tAyahNo=5&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#23:5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar